Halaman

regina

regina

Minggu, 18 Maret 2012

REMBANG PETANG


Meria kembali menutup tirai jendela kamar rapat-rapat dan meringkuk di atas tempat tidur sambil menutup tubuh hingga kepalanya dengan selimut tebal. Hari itu cuaca cerah, dan untuk sebuah kota tempat tinggal Meria yang bersuhu tinggi tidak ada alasan untuk merasa kedinginan. Begitu juga dengan hari-hari sebelum dan sesudahnya selalu dengan cuaca yang relatif panas. Namun yang dialami Meria selama seminggu terakhir ini bukan karena sakit lantas dia bergumal dengan selimutnya.
Matahari yang baru saja tenggelam dan memancarkan langit kemerahan pertanda akan datangnya petang itu membuat tubuh Meria bergetar. Dia merasa ada gemuruh di dalam batinnya yang begitu enggan menatap langit kala itu. Melihat kemerahan langit itu seakan iya kembali terkoyak dengan tatapan kosong serta darah yang mengalir dari kepala sahabatnya. Maria semakin meringkuk dan mendekap kaki dengan kedua tangannya.
Teringat sore itu bersama sahabatnya, Meria mengendarai motor bebek miliknya seusai berenang. Dia terlihat senang karena bisa menghabiskan waktu liburan itu bersama sahabat yang selalu menemaninya sejak SMP. Namun tanpa disadari sebelumnya, Meria menyimpan sedikit iri di sisi hatinya. Kedengkian Meria semakin terasa ketika kelebihan yang dimiliki sahabatnya membuat hati Meria geram karena tidak ia miliki kelebihan itu.
Meria yang sebelumnya tidak pernah mempermasalahkan perbedaan rupanya menyimpan pemikiran hal yang berbeda. Sore itu selama perjalanan pulang, banyak kata-kata yang tidak pernah terpikir akan diucapkan Meria pada sahabatnya.
“Juli, kau selalu terlihat lebih cantik ya dibanding aku.” Ucap Meria sambil tertawa kecil.
“Bicaramu aneh, semua wanita itu sama cantiknya.” Jawab Juli.
“Tapi tidak semua wanita seberuntung kamu yang memiliki wajah cantik, tubuh langsing, orangtua kaya raya dan kekasih yang begitu sempurna dimata wanita manapun di dunia ini.” Tambah Meria
“Kau ini bicara apa Meria, itu terlalu berlebihan.” Sahut Juli
“Sudahlah jangan kau menjadi wanita munafik, Juli. Kau tentunya berbangga memiliki semua itu, dibanding aku wanita jelek, gendut dan hanya bisa mengajakmu dengan motor butut ini, juga tidak ada lelaki yang mau denganku.” Ucap Meria
“Bicaramu ngaco, Meria. Sudahlah tidak usah membahas hal semacam itu. Kita ini sahabat dan aku tidak pernah memandang perbedaan apapun diantara kita.” Ucap Juli dengan nada malas
“Tentu saja karena dengan bersahabat denganku pasti orang-orang akan melihat jelas perbedaan antara angsa dan itik buruk rupa.” Sindir Meria
“Kamu ini kenapa, Meria?” Tanya Juli mulai heran
“Sudahlah Juli, kau tak perlu berpura-pura polos dan baik denganku.” Bentak Meria
“Hey Meria, kau jangan bercanda disaat menyetir.” Ucap Juli  mencoba membuang pikiran buruknya
“Kau itu wanita sempurna, Juli. Dan pertemanan ini pastinya hanya alibi untuk membuat orang-orang itu melihat jelas kesempurnaanmu lewat perbedaan kita bukan?” Ucap Meria sambil terkekeh parau
“Tidak ada wanita yang sempurna, Meria. Kita semua sama dimata tuhan. Kau jangan pernah berfikiran seperti itu.” Ucap Juli mencoba tenang
“Kau tidak perlu berpura-pura baik untuk menyenangkanku, Juli. Aku tau sebenarnya kau itu busuk. Kesempurnaan yang kau miliki itu bisa saja hilang. Sedikit saja wajahmu tergores maka kau tidak akan cantik lagi.” Ucap Meria sinis
“Apa kau bilang? Apa sebenarnya yang ada dalam pikiranmu? Kau tidak seperti sahabat yang aku kenal.” Juli mulai geram dengan nada bicara yang meningkat
“Kau itu wanita munafik, Meria. Tidak mungkin kau berteman tulis denganku yang tidak sebanding denganmu.” Ucap Meria
“Jangan katakan kau iri padaku, Meria. Aku sama sekali tak pernah merasa lebih dibanding siapapun. Kau jangan berfikir macam-macam. Aku ini tulus jadi sahabatmu, Meria.” Jawab Juli
Kedua sahabat itu mulai beradu mulut. Kedengkian Meria semakin memuncak karena menaggap sahabat yang lebih sempurna darinya itu hanya berpura-pura baik. Meria kehilangan kendali pikirannya dan berkeinginan membuat sahabatnya itu tidak sesempurna saat ini. Meria tidak mengendarai motornya dengan baik, ia tidak melihat ada lubang jalan dihadapannya. Seketika motor Meria terantuk dan terjatuh. Meria terjatuh ke arah trotoar sedangkan naas bagi sahabat yang diboncenginya itu tersuruk ke kanan jalan dan dari arah belakang ada mobil angkutan umum yang melaju kencang kemudian menabraknya hingga terpental.
Meria yang setengah sadar ternganga dengan wajah pucat melihat kejadian di depan matanya. Sahabatnya terbaring dengan luka parah dan darah yang terus mengalir mengalir dari kepalanya. Mungkin kepala yang helmnya telah terlepas itu terpentok mobil dan trotoar. Beberapa menit kemudian mulai banyak orang-orang yang mengerubungi mereka. Meria begitu terkejut hingga tidak mampu menggerakan tubuhnya. Mereka kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat oleh warga sekitar jalan itu.
Samar-samar Meria melihat matahari terbenam dengan langit yang kemerahan diatas tubuh sahabatnya yang tergeletak di sisi jalan itu. Dia tidak sanggup melihat betapa mengenaskan kondisi Juli dengan wajah yang penuh darah. Kemudian Meria tidak sadarkan diri.
Hampir satu jam Meria tidak sadarkan diri dan terbaring di rumah sakit. Saat ia membuka mata terlihat ibu dengan mengenakan daster dan rambut yang dicepol berantakan itu menangis memegangi tangannya.
“Alhamdulillah Meria, kau sudah sadar.” Ucap ibu
“Dimana Juli, Bu ?“ Tanya Meria dengan suara parau
“Juli sudah tidak ada, sayang. Relakanlah dia.” Jawab ibu dengan terisak
Meria berteriak-teriak tidak percaya dan terus menyebut nama Juli. Air matanya meluap dan ada perasaan seperti benda yang dihantamkan ke dadanya. Meria terus menangis dan merengek ingin bertemu sahabatnya. Meria yang hanya terluka ringan di siku dan lututnya langsung berlari ke tempat yang ditunjukkan ibu.
Sampai di ruangan itu Meria mematung. Wajahnya lebih pucat lagi. Matanya nanar melihat seseorang yang terbaring dan ditutup kain di atas tempat tidur. Dia masih tidak percaya kalau sahabatnya itu sudah tidak bernyawa. Dengan seluruh tubuh yang bergetar, Meria membuka perlahan kain itu perlahan untuk memastikan. Kali ini seperti ada yang menusuk kepalanya, Meria limbung saking terkejutnya. Tubuh Meria seakan tidak begitu lemas dan tidak mampu digerakkan. Sekelebat matanya melihat kegelapan. Sahabatnya sungguh telah tiada. Meria kembali tidak sadarkan diri.
Hari-hari Meria kini dibayangi rasa bersalah yang dalam. Dia benar-benar telah menghilangkan segala kesempurnaan sahabatnya. Tidak ada lagi seseorang yang menjadi pembanding dirinya. Tapi penyesalannya sungguh melebihi apapun. Rasanya kehilangan itu ternyata memengaruhi keadaan jiwanya. Hidupnya tidak lagi merasakan tenang dan bahagia. Sepanjang hari hanya menangis meratapi kesalahannya. Dan begitu menakutkannya langit kala rembang petang. Waktu matahari terbenam dan memantulkan warna kemerahan di langit dan awan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ga kerasaa temaannn :D

hmm,
wktu lulus UN pasti noh pd sibuk buat msuk PT . ya taulah tmen" SMA pasti.a pgen yg trbaik buat masa depan, trmasuk gue donk (hehe) .
stngah mati tu stres.a, dimulai dri ikut pmdk yg ga ktrima smua akhir.a pasrah ikut spmb unsoed .
pilihan pertama udh pasti TEKNIK SIPIL, ya sbner.a itu cita" babeh .
pilihan 2 ngasal dah tu AGROTEKNOLOGI, pdhl sma skali gatau tu jurusan apaan (hadudu, nekat.a)
abis tes unsoed, dftar um upi jg milih PGSD, nah yg ini saran mama . pdhl kga ada tmpang jd guru sd, yg ada tu bocah" gue jitakin . Haha .
belum juga tes um upi udh ada pngumuman ktrima d unsoed, jd males dah upi.a .
pdhal yg ktrima pilihan 2 d unsud (GOD, bner" kga mikir lagi)

registrasi noh, cari kosan jg .
hmm, kosan kya.a asik .
ktmu anak" gila bernama nepong, mbenk, n sani .
sumpah kocak, tiap hari ada aja yg d omongin dan diketawain (hahay) .
dri mulai sling ngajarin, buka puasa bareng, ribut kalo mati lampu .
dan obrolan yg paling tdk prnah mmbosankan adlh komplain ttg fasilitas kosan .
kmer smpit, wc mampet, lntai kotor, dapur bau (ya scara tu epunya doyan jengkol, oh no ! )
tp ttep d jalanin jg (ya iyalah kita udah bayar, buu )

ospek, ktmu ank yg asik jg sehidup sepenyiksaan .
ya seru lah wlaupun kdang jayus nan garing .
ada elang yg tengil, candra+riska yg dewasa, gilang kuadrat yg kdang jayus, dwita+feny yg doyang ngrumpi, mita yg manis dan gataudah yg lain rda geje .
pndamping kita mas imam yg subhanallah alim . Hehe
pngalaman paling rempong dah mna lagi puasa, tp ttep asik donk .

libur lebaran ga krasa jg,
GOD aku jd mahasiswa (bangga jg, hehe)
mulai blajar tuh dgn brbgai dosen yg brbeda karakter, ada yg ontime bgt, ada yg geje bkin ngntuk, ada yg bkin tegang (bkn spesial cwo, mksud.a deg"an gtu), ada yg mlah crita alias curhat .
aneh" dah pko.a .

d kelas agrotek B nih,
td.a ga knal am anak".a, hmpir aja gue kya ank ilang dsitu tp untung.a ada ogi, wahyu, ganesa yg kita satu SMA d crbon .
tapi lama" dket juga am yg lain, yg pling seru ada nana, neng, nde, nisa, nurul, riri, vidi, ane, ijal, eja, adi, alvin, semi, elga, daus, fika, iin, hamdan, dan banyak lah (pegel ngetik.a scara ada 78 org, wow ! )
kocak bgt smua.a, awal.a emg krg kompak tp lama" bner" kya kluarga dri mulai bljr bareng, foto brg, maen futsal, dan jalan bareng yg nyesel bgt kga bsa ikut . Huhu :(
tp gapapa yg pnting ttep eksis dan hepi . Haha :D

oya, ada jg tmen" UKM, kan gue ikut bezper am agrica .
ya seru juga, d bezper masa jd anak dance (pdhl gatau tu bakat ada kga, XD )
d agrica nih, asik jg apalagi ada kk angktan yg gue suka, tp GOD ! dia mlah jdian am ce lain, hncur hatiku tp ya sudahlah . Heu

dan yg paling mndebarkan pasti.a saat UJIAN !
bljr mati"an tuh, ribet lah pko.a .
saking stres.a, gue nangis pas ujian makul PIE, glek !
dan alhasil (jeregjeng!) saat liburan smrter kita deg"an mnanti nilai yg kluar satu prsatu d SIA . ya Allah, bner" pngalaman prtma yg pling bkin panik .
tp alhamdulillah ip prdana lumayan ga malu"in org tua, hehe .
bisa ambil 24sks .
dan skg hari" pnantian tantangan d smester 2 .
pko.a hrus smangat dan hrus lbih baik dri sblm.a .

SALAM ALAY BUAT AGROTEK B .
KITA PALING GILA,
KITA PALING KOMPAK,
AKU SAYANG KALIAN :)