Organisme
penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman baik tanaman
pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara
garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Organisme
pengganggu tanaman merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab
ditolaknya produk tersebut masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan
menjadi hama baru di negara yang ditujunya. Berdasarkan pengalaman, masih
adanya permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan perlu kerja keras
untuk mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan, seperti lalat buah pada
berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus gemini pada cabai.
Organisme
yang berpotensi sebagai pengganggu tanaman
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terdiri dari hama, penyakit dan opencarian teknologi
pengendalian OPT terus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan
tuntutan sosial, ekonomi dan ekologi.
OPT dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu patogen penyebab penyakit
tanaman, hama tanaman dan gulma.
1.
Golongan Patogen
a.
Jamur
Jamur adalah organisme heterotrof, tidak berklorofil,
berinti sel, struktur somatiknya terdiri dari filament yang bercabang-cabang,
dinding sel mengandung selulosa atau kitin atau keduanya bersama molekul
organik lainnya. Umumnya berkembang biak dengan spora baik secara seksual
maupun aseksual atau menggunakan bagian vegetetif jamur. Bagian vegetatif jamur
umumnya berupa benang-benang halus, memanjang, bersekat atau tidak bersekat
yang disebut hifa dan kumpulan benang-benang hifa tersebut disebut miselium.
b.
Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu (unisellular)
yang tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak dengan cara pembelahan, hidup
secara saprofitik atau parasitik dan memperoleh makanan dari bahan organik yang
mati atau masih hidup.
c.
Virus
Virus adalah suatu partikel atau zarah submikroskopis
yang terdiri dari protein kapsid di bagian luar protein kapsomer (coat) yang
keduanya membungkus asam nukleat. Asam nukleat bersifat menular dalam bentuk
salah satu yaitu asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA). Asam
nukleat virus memperanyak diri (replikasi) dengan bantuan ribosom sel inang,
mensintesis protein mantel virus dan menggunakan kemampuan sintetiknya untuk
membuat cetakan dirinya membentuk lebih banyak RNA, kemudian penggabungan
protein virus dengan RNA hasil replikasi membentuk partikel virus baru
(virion).
2.
Golongan Tumbuhan
Pengganggu atau Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya
tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai
oleh tanaman produksi. Batasan
gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena
berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma
menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui
kompetisi.
Gulma dapat dikelompokkan menurut keadaan
morfologi umum dan menurut habitat dan bentuk pertumbuhannya. Berdasarkan
keadaan morfologi umumnya, gulma dikelompokkan menjadi gulma golongan
rerumputan (grasses), golongan
teki-tekian (sedges) dan golongan
berdaun lebar (broad leaf). Sedangkan klasifikasi gulma berdasarkan habitat
dan bentuk pertumbuhannya, gulma dikenal menjadi gulma air dan gulma darat.
Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat
dibedakan menjadigulma semusim (annual weeds), gulma semusim (biannual weeds),
dan gulma tahunan (prennial weeds). Berdasarkan habitat tumbuhnya gulma dapat
dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan (terestrial
weeds). Kemudian Berdasarkan pengaruh terhadap
tanaman dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E. (Barus, Emanuel. 2003)
3.
Golongan Hewan atau
Binatang Hama
Secara umum, hama atau pest
diartikan sebagai jasad pengganggu (jasad renik, tumbuhan, dan hewan). Pada
perkembangannya, istilah hama didefinisikan dengan lebih khusus, yaitu hewan
yang mengganggu manusia, dan dipersempit lagi menjadi hewan yang mengganggu
tanaman (tumbuhan yang diupayakan manusia), maka dikenal istilah Hama Tanaman (Pests
of Crops).
Ada empat filum yang menyumbang peran
sebagai hama, yaitu nemathelminthes (golongan cacing renik), moluska (golongan
hewan lunak semacam siput dan bekicot), artropoda (tungau dan serangga), dan
chordata (hewan bertulang belakang misalnya kera, tikus, dan sebagainya).
Masing-masing kelompok mempunyai ciri tanda serangan yang khas, yang biasanya
dihubungkan dengan jenis alat mulut dan perilaku khas, dan sering digunakan
untuk mengidentifikasi kehadiran mereka.
Tetrachychus
bimaculatusI atau
tungau merah adalah pengganggu atau perusak tanaman ubi kayu, termasuk familia Acarina. Tetrachychus bimaculatus
walaupun ukuran tubuhnya sangat kecil (tidak lebih dari 0,5 milimeter), tetapi
masih cukup jelas untuk dilihat tanpa mikroskop. Tungau merah pada
umumnya dilengkapi dengan 4 pasang kaki dan berbulu halus, tetapi ada yang
dilengkapi dengan kaki yang redumenter atau yang pertumbuhannya tidak sempurna,
bagian moncongnya yang lancip dapat digunakan untuk menghisap, menggigit, dan
menyengat. Oleh karena itu kalu tungau ini hinggap pada kulit manusia, terasa
gatal, kulit yang dihisapnya menjadi merah bengkak.
Ciri-ciri serangan hama Tungau Merah secara global
adalah pada bagian atas permukaan daun terdapat titik kuning atau cokelat.
Serangan pada bagian bawah daun menyebabkan kerusakan mesofil, sehingga
transpirasi daun tanaman meningkat. Tangkai daun dan daun yang terserang
berwarna perunggu. Serangan pada buah dapat menyebabkan retakan-retakan cokelat
pada kulit buah. Tungau Merah bersifat polifag dan mempunyai banyak tanaman
inang.
Daya
rusak tungau tidak hanya tertuju pada tanaman ubi kayu saja, tungau-tungau ini
sering merusak pula tanaman sayur-sayuran, daun teh, tanaman hias dan tanaman
palawija lainnya. Tungau merah gemar hidup di bawah daun, terutama diantara
tulang-tulang daun. Mereka bergerak tanpa arah, tetapi sebentar-sebentar mereka
berhenti, maksudnya untuk menghisap air (zat cair) dalam daun. Tanaman ubi kayu
akan gundul/tidak berdaun sama sekali, apabila sarangnya telah berlangsung
demikian hebat. Bagi tanaman ubi kayu yang sejak mudanya telah mengalami
pengrusakan hama Tungau Merah ini, pada waktu penmungutan hasil kemungkinan
hasilnya akan jauh di bawah 50%,
sedangkan yang mendapat pengrusakan pada umur dewasa kadar tepungnya dapat
menurun lebih dari 16%.
Untuk mengetahui tingkat serangan dari hama ini,
perlu diadakan pengamatan. Pengamatan dilakukan pada 10%
dari populasi tanaman. Bagian tanaman yang diamati adalah tunas-tunas muda dan
buah. Tiap tanaman diamati 4 tunas vegetative aktif dan buah sebanyak 20 buah.
Pembasmian Tungau Merah dengan memanfaatkan
insektisida (Kalthena, Fosferno, Agrothion) merupakan tindakan kuratif yang
paling baik dan efektif. Penggunaan DDT baiknya tidak dipergunakan.
Pengendalian hama tungau merah (Tetrachychus sp)
yang efektif dapat juga dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut.
1. Pengendalian
secara mekanik dapat dilakukan dengan mengadakan sanitasi kebun dan
mengeradikasi gulma yang menjadi inang tungau merah.
2. Pengendalian
secara biologis dapat dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami dari jenis
predator Phytoseiulus persimilis, P. marcopilis, Stethorus sp, Conccinella repanda, dan C. tranversalis F
3. Pengendalian
secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan bahan kimia akarisida pada
awal peningkatan populasi. Aplikasi untuk Aceria
dapat dilakukan apabila dijumpai 30%
kuncup tanaman terinfeksi, sedangkan untuk Tetrachychus
bila dijumpai 10% tunas terifeksi dan 2%
buah terinfeksi. Akarisida yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif
acetamiprid (Mospilan 30 EC), dinobuton 300 gr/liter, karbosulfan 200,11
gram/liter, dan amitraz 200 gram/liter