Halaman

regina

regina

Kamis, 09 Februari 2012

Cerpen - Tetangga (by Regina Rawe)

“Kakak?”

“Ya dik.”

“Tidak terasa ya sebentar lagi aku melahirkan.”

“Iya, kita pasti akan punya anak yang cantik seperti kamu.”

“Dan kalau laki-laki pasti tampan seperti ayahnya.”

Suamiku hanya tersenyum.

“Kakak?”

“Ya.”

“Ingat tidak siapa yang datang waktu aku mengenalkan calon suami pilihanku?”

“Tetanggamu kan.”

“Iya, tetanggamu juga.”

Dan kami berdua tertawa bahagia bersama.

Cerita ini memang tidak pernah aku lupa. Aku dan suamiku tadinya adalah tetangga sejak kecil. Dan sejak aku remaja aku sangat menyukainya. Aku ini orang yang sangat pemalu sehingga aku tak pernah mengungkapkannya.

Dia memang lebih tua dariku. Waktu kecil kami sering bermain bersama. Tapi saat remaja kami tak pernah lagi bermain. Kami sibuk dengan urusan masing-masing. Aku sangat mengaguminya. Wajahnya yang rupawan dan kepandaiannya yang mengesankan membuat aku tertarik. Namun benar-benar disayangkan waktu itu kami tak pernah berbicara bahkan sekedar bertegur sapa sekalipun. Dia memang orang yang agak cuek dan aku begitu malu ingin menyapanya. Jangankan menyapa, saat tidak sengaja bertatapan dengannya saja wajahku langsung memerah.

Dulu itu aku baru masuk SMA dan dia baru saja lulus SMA. Aku selalu memandanginya lewat jendela kamarku. Benar-benar konyol. Dan kesedihanku hadir karena aku tidak akan melihatnya lagi. Dia melanjutkan kuliah di Bandung. Sejak saat itu aku hanya bisa membayankan dan bermimpi tentangnya saja.

Tiga tahun berlalu dan aku lulus SMA. Aku kemudian melanjutkan kuliah di Jogja. Lagi-lagi aku tidak pernah bertemu dengannya. Aku dengar kabar dia melanjutkan lagi kuliah di Semarang. Sungguh menyedihkan.

Saat aku kuliah, aku putuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Aku hanya memikirkan nilai mata kuliahku dan belajar dengan sungguh-sungguh agar cepat menyelesaikan kuliahku dengan tepat waktu. Dan benar saja, empat tahun berlalu dan aku tidak pernah mengingatnya. Bahkan bisa dibilang aku telah melupakannya.

Setelah aku jadi sarjana dan mendapat pekerjaan. Hari-hari berlalu dengan cepat. Dan bisa dibilang aku sudah dewasa. Ini yang tidak aku suka. Orang tuaku menginginkan agar aku cepat menikah. Tentu saja aku panik. Aku tidak punya kekasih. Siapa yang akan menikahiku. Benar-benar payah. Temanku memang banyak tetapi tak satupun yang aku cintai untuk jadi kekasih ataupun suamiku.

Sudah setahun lebih aku bekerja. Suatu hari teman sekantorku akan menikah. Beberapa bulan sebelum menikah, dia memintaku menemaninya menemui seorang arsitek yang nanti akan merancang sebuah rumah untuknya. Tentu aku tidak menolak. Lagi pula tidak ada salahnya aku berbaik hati hanya sekedar menemani temanku yang akan berbahagia.

Di sebuah café mungil yang indah. Malam hari dengan suasana terang lilin dan lantunan musik lembut serta aroma harum bunga. Disana aku dan temanku menunggu. Dan beberapa menit kemudian seorang pria dengan badan yang tinggi dan berpakaian rapi datang menghampiri kami dengan membawa gulungan kertas besar.

“Permisi, apa benar ini pak Andre?” laki-laki itu berkata kepada temanku.

“Benar, silakkan duduk pak Hairil.”

Mendengar Andre mengucap nama Hairil hatikku tersentak. Nama yang sepertinya tidak asing bagiku. Dan aku terkejut saat lelaki itu duduk di hadapanku. Aroma parfumnya yang maskulin terasa menyejukkan penciumanku. Aku mengamatinya. Wajahnya ternyata benar-benar ku kenal. Gayanya yang agak cuek lebih meyakinkanku lagi. Oh Tuhan, dia tetanggaku waktu kecil. Kini dia talah menjadi seorang arsitektur.

Lelaki itu mungkin sadar aku mengamatinya. Kemudian dia menatapku dan bertanya.

“Anda calon istri pak Andre?”

“Bukan Pak, dia rekan kerja saya.” Pertanyaan itu di jawab oleh Andre.

“Sepertinya saya mengenal anda.” Ucap Hiril.

“Benarkah?” tanyaku.

“Benar, anda mengingatkan saya pada tetangga saya waktu kecil.” Jawab Hairil.

“Mungkin tidak salah lagi, kita memang pernah jadi tetangga.” Ucapku sambil tersenyum. Dan Hairil juga ikut tersenyum. Rupanya dia tidak sedingin dulu. Dan akupun telah belajar untuk tidak menjadi pemalu.

Setelah perbincangan singkat itu Hairil kembali ke Andre dan memperlihatkan hasil kerjanya. Selama mereka bicara aku hanya memandangi Hairil sambil tersenyum saat dia melihatku.

Pertemuan itu berakhir. Tapi ternyata hubungan aku dan Hairil tidak berakhir. Kami saling bertelepon atau menrencanakan pertemuan untuk sekedar mengobrol dan makan atau menonton. Ternyata kami nyambung dan sangat asik. Aku sangat bahagia saat itu kami menjadi sangat akrab. Hingga suatu hari Hairil mengajakku bertemu di café tempat waktu itu kami bertemu.

Ada yang berbeda waktu itu. Pengunjung café itu hanya kami berdua. Dan hanya meja tempat kami makan yang menyala dengan lilin yang begitu indah. Setelah selesai makan dan mengobrol sebentar, Hairil mengambil sesuatu dari kantung celananya. Dia memberikannya padaku. Oh Tuhan, itu sebuah cincin yang sangat indah.

“Rani, maukah kamu menikah denganku?” tanya Hairil dengan suara yang begitu perlahan dan menyejukan hatiku.

Aku terdiam sebentar. Masih merasa tak percaya.

“Apa kau tidak bercanda Hairil?” tanyaku ragu.

“Aku sungguh-sungguh Rani, jujur sejak dulu aku menyukaimu. Sejak kita masih tetangga, tapi aku malu sekali saat menyadarinya. Dan sekarang kita sudah akrab dan aku tidak mau kehilangan kamu lagi karena sampai sekarang perasaan aku padamu ternyata tidak berubah. Aku masih saja menyukaimu. Bahkan sekarang aku sangat mencintaimu.” Jawab Hairil dengan sungguh-sungguh.

Aku benar-benar bahagia mendengarnya dan hanya bisa diam.

“Rani?” Suara Hairil menyadarkanku.

“Hairil, aku juga mencintaimu sejak dulu. Aku mau menikah denganmu.” Jawabku perlahan. Dan kami berdua tersenyum bahagia.

Beberapa hari kemudian kami merencanakan pertemuan orang tua kami untuk mengenalkan calon pendamping hidup kami. Benar saja orang tua kami sangat terkejut dan tidak menyangka. Tapi orang tua kami sangat akrab dan bertetangga dengan baik. Tentu saja mereka setuju dengan pilihan kami. Pertemuan itu sangat hangat dan membahagiakan.

Satu bulan berlalu. Tiba hari pernikahan kita. Benar-benar hari bahagia. Semua orangpun turut berbahagia bersama kami. Oh Tuhan, terima kasih atas nikmat yang Kau berikan.

Membayangkan semua itu sungguh sangat membahagiakan. Sesuatu yang indah itu memang datang pada akhirnya. Kini tiga tahun sudah kita menjadi suami istri yang begitu bahagia. Dan beberapa saat lagi aku akan menjadi seorang ibu. Dan rumah sakit ini yang menjadi tempat bersejarah itu.

Bayangan itu memang sangat indah. Tapi apa yang terjadi sekarang, mengapa perutku begitu sakit. Apa bayi mungilku akan segera lahir. Aku merintih kesakitan dan suamiku memanggilkan dokter. Benar ini saatnya aku berjuang untuk anakku.

Dengan segala kekuatan yang kumiliki aku berusaha untuk melahirkan anakku. Dan kekuatan itu bertambah karena ada Hairil disampingku. Dia menggenggam tanganku dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Suara tangis bayi terdengar. Dan wajah Hairil begitu bahagia.

“Sayang, anak kita laki-laki.” Ucap Hairil sambil menggendong anak kami dan memperlihatkannya padaku.

“Dia mirip sekali denganmu.” Ucapku sambil tersenyum.

Tapi apa ini, oh Tuhan mengapa perutku masih sakit dan darah terus saja keluar dengan deras. Suamiku panik dan meletakkan bayinya di sampingku. Dia meminta dokter memeriksaku. Dan aku meminta Hairil dan bayiku tetap berada di sampingku.

“Aku sangat bahagia Hairil.” Ucapku pada Hairil sambil tersenyum.

Tapi Hairil tidak membalas senyumku dan malah menangis sambil memintaku untuk bertahan. Aku tak mengerti. Kemudian aku mencium bayiku sambil menutup mata. Dan ternyata Tuhan tidak mengijinkan aku membuka mataku lagi. Itulah terakhir kalinya aku melihat Hairil dan bayi mungilku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ga kerasaa temaannn :D

hmm,
wktu lulus UN pasti noh pd sibuk buat msuk PT . ya taulah tmen" SMA pasti.a pgen yg trbaik buat masa depan, trmasuk gue donk (hehe) .
stngah mati tu stres.a, dimulai dri ikut pmdk yg ga ktrima smua akhir.a pasrah ikut spmb unsoed .
pilihan pertama udh pasti TEKNIK SIPIL, ya sbner.a itu cita" babeh .
pilihan 2 ngasal dah tu AGROTEKNOLOGI, pdhl sma skali gatau tu jurusan apaan (hadudu, nekat.a)
abis tes unsoed, dftar um upi jg milih PGSD, nah yg ini saran mama . pdhl kga ada tmpang jd guru sd, yg ada tu bocah" gue jitakin . Haha .
belum juga tes um upi udh ada pngumuman ktrima d unsoed, jd males dah upi.a .
pdhal yg ktrima pilihan 2 d unsud (GOD, bner" kga mikir lagi)

registrasi noh, cari kosan jg .
hmm, kosan kya.a asik .
ktmu anak" gila bernama nepong, mbenk, n sani .
sumpah kocak, tiap hari ada aja yg d omongin dan diketawain (hahay) .
dri mulai sling ngajarin, buka puasa bareng, ribut kalo mati lampu .
dan obrolan yg paling tdk prnah mmbosankan adlh komplain ttg fasilitas kosan .
kmer smpit, wc mampet, lntai kotor, dapur bau (ya scara tu epunya doyan jengkol, oh no ! )
tp ttep d jalanin jg (ya iyalah kita udah bayar, buu )

ospek, ktmu ank yg asik jg sehidup sepenyiksaan .
ya seru lah wlaupun kdang jayus nan garing .
ada elang yg tengil, candra+riska yg dewasa, gilang kuadrat yg kdang jayus, dwita+feny yg doyang ngrumpi, mita yg manis dan gataudah yg lain rda geje .
pndamping kita mas imam yg subhanallah alim . Hehe
pngalaman paling rempong dah mna lagi puasa, tp ttep asik donk .

libur lebaran ga krasa jg,
GOD aku jd mahasiswa (bangga jg, hehe)
mulai blajar tuh dgn brbgai dosen yg brbeda karakter, ada yg ontime bgt, ada yg geje bkin ngntuk, ada yg bkin tegang (bkn spesial cwo, mksud.a deg"an gtu), ada yg mlah crita alias curhat .
aneh" dah pko.a .

d kelas agrotek B nih,
td.a ga knal am anak".a, hmpir aja gue kya ank ilang dsitu tp untung.a ada ogi, wahyu, ganesa yg kita satu SMA d crbon .
tapi lama" dket juga am yg lain, yg pling seru ada nana, neng, nde, nisa, nurul, riri, vidi, ane, ijal, eja, adi, alvin, semi, elga, daus, fika, iin, hamdan, dan banyak lah (pegel ngetik.a scara ada 78 org, wow ! )
kocak bgt smua.a, awal.a emg krg kompak tp lama" bner" kya kluarga dri mulai bljr bareng, foto brg, maen futsal, dan jalan bareng yg nyesel bgt kga bsa ikut . Huhu :(
tp gapapa yg pnting ttep eksis dan hepi . Haha :D

oya, ada jg tmen" UKM, kan gue ikut bezper am agrica .
ya seru juga, d bezper masa jd anak dance (pdhl gatau tu bakat ada kga, XD )
d agrica nih, asik jg apalagi ada kk angktan yg gue suka, tp GOD ! dia mlah jdian am ce lain, hncur hatiku tp ya sudahlah . Heu

dan yg paling mndebarkan pasti.a saat UJIAN !
bljr mati"an tuh, ribet lah pko.a .
saking stres.a, gue nangis pas ujian makul PIE, glek !
dan alhasil (jeregjeng!) saat liburan smrter kita deg"an mnanti nilai yg kluar satu prsatu d SIA . ya Allah, bner" pngalaman prtma yg pling bkin panik .
tp alhamdulillah ip prdana lumayan ga malu"in org tua, hehe .
bisa ambil 24sks .
dan skg hari" pnantian tantangan d smester 2 .
pko.a hrus smangat dan hrus lbih baik dri sblm.a .

SALAM ALAY BUAT AGROTEK B .
KITA PALING GILA,
KITA PALING KOMPAK,
AKU SAYANG KALIAN :)